Kabupaten Nganjuk Jawa Timur
Nganjuk, kabupaten di Jawa Timur yang berada di jalur lintas menuju Surabaya untuk ketiga kalinya aku menginjakkan kaki di sini. Berangkat dari Yogyakarta dua kali menggunakan mobil dan satu kali menumpang kereta api. Menggunakan mobil akan sampai lebih lama kurang lebih enam jam sedangkan kereta api hanya tiga jam. Kereta api Sancaka pagi pukul 07.05 WIB jurusan Surabaya berangkat dari stasiun Tugu Yogyakarta dan tiba di Nganjuk dalam waktu tiga jam pada pukul 10.00 WIB. Sedangkan untuk kembali ke Yogyakarta, dapat menumpang kereta Sancaka sore harinya pukul 16.30 WIB.
Kota di KabupatenNganjuk tidak terlalu besar namun cukup hiruk pikuk karena letaknya yang strategis. Dengan melalui kota ini pengendara dapat menuju ke arah Surabaya, Kediri dan Blitar. Tidak menghabiskan waktu satu hari untuk berkeliling di Kabupaten Nganjuk. Dengan wilayahnya yang terbilang cukup luas 122.433,1 Ha, lahan di Nganjuk sebagian besar berfungi sebagai hutan lindung, hutan produksi dan pertanian berupa sawah, ladang palawija jagung, kedelai, tembakau, tebu dan sebagainya. Kondisi ini sesuai visi pembangunannya, Nganjuk sebagai pusat pertanian di wilayah tengah Jawa Timur yang didukung dengan perdagangan, industri dan pariwisata.
Layaknya kota-kota lain di Pulau Jawa yang pernah ku kunjungi, pusat pemerintahan Nganjuk berhadapan dengan alun-alun kota dan terdapat mesjid besar di sisi lain yang berhadapan dengan alun-alun. Sedangkan pasar tradisionalnya sendiri, Pasar Tradisional Wage. terletak dua blok dari alun-alun, yaitu di Jalan Ahmad Yani. Jalan ini merupakan jalan raya yang menjadi urat nadi perdagangan dan jasa di Kota Nganjuk. Terdapat berbagai gedung perkantoran, perbankan, pertokoan dan pasar tradisional di jalan ini. Pasar Wage sendiri, cukup besar dan menyediakan semua keperluan kebutuhan sehari-hari seperti sembako, sayur mayur, buah-buahan, daging, kue tradisional, pakaian dan sebagainya. Disamping pasar ini, Pemerintah Kabupaten Nganjuk membangun pusat kuliner yang bila pagi hari dijadikan tempat penjualan unggas. Untuk angkutan, terlihat becak masih menjadi pilihan utama karena banyaknya becak bermesin berpenumpang di jalanan dan juga mangkal menunggu penumpang di pinggir jalan.
Ada beberapa kuliner tradisional yang ku jumpai di daerah ini, yaitu pecel pincuk, nasi jagung dan beras kencur. Pecel pincuk banyak di jual di sekitar alun-alun dan sepanjang jalan Ahmad Yani dari pagi hari hingga malam hari dan tidak sukar untuk mencarinya. Pecel pincuk mirip dengan pecel Madiun hanya yang membedakannya pada sambal tempe diberi kelapa seperti sarundeng. Tak ketinggalan peyek udang atau peyek teri sebagai teman pecel disini dan cukup dengan empat ribu rupiah sudah dapat menikmatinya. Nasi jagung ku jumpai di pasar tradisional Wage. Cukup seribu rupiah, sudah dapat menikmati nasi jagung yang ditemani sayur urap dan ikan asin dan disajikan dengan dibungkus dua lembar daun ploso. Beras kencur menjadi minuman khas di Jawa juga dijumpai di kota ini bahkan sudah dikemas botolan sebagai oleh-oleh dari Nganjuk.
Selain kuliner di atas, ada juga kuliner iwak kali yang dapat dijumpai di beberapa lokasi salah satunya di kawasan kuliner iwak kali di tepian kali Mbahduk Malangsari yang merupakan anak aliran Kali Brantas. Kawasan ini disediakan Pemda Nganjuk dan berdekatan dengan kawasan Minapolitan yang menjual ikan segar. Di sini pembeli dapat memilih berbagai menu iwak kali seperti botok dan pecel dengan pilihan ikan khutuk (gabus), lele, wader dan belut. Ikan dibotok artinya dimasak berupa pepes sedangkan pada menu pecel ikan akan digoreng. Dari kunjungan dua kali dan makan di tempat ini, pecel ikan khutuk atau gabus menjadi favorit pengunjung. Cukup dengan sepuluh ribu rupiah, sudah dapat menikmati satu porsi botok atau pecel khutuk lengkap dengan nasi, sambal dan lalapnya. Sedangkan kemriyuk seporsi wader dapat dinikmati hanya dengan tiga ribu rupiah.
Selain kuliner, terdapat tempat wisata air terjun yang terkenal cukup tinggi yaitu air terjun Sedudo. Sayang, waktu belum memungkinkan bagi ku untuk mengunjungi air terjun ini.
Yogyakarta, 26 Oktober 2012
Alun-alun Kota
Kompleks Perkantoran Pemerintah Kabupaten Nganjuk
Jalan Ahmad Yani di pagi hari
Ladang Jagung
Kawasan Minapolitan di Tepi Kali Mbahduk
Nasi Jagung
Pecel Pincuk
Kali Mbahduk Malangsari
Irigasi di Kali Mbahduk malangsari
Deretan Warung Penjual Iwak Kali
Botok Khutuk
Pecel Wader
Menunggu Penumpang di Alun-alun Kota
Tiket Kereta Sancaka Nganjuk – Yogyakarta
mbaheariel
6 Februari 2013 at 22:20
waduuh,,saya yang berasal dari nganjuk bahkan belum mampu bikin postingan tentang nganjuk !!
Korlena
7 Februari 2013 at 22:20
Salam kenal…. kota Mas menarik… sayang saya belum sempat ke Sedudo. suatu hari semoga saya bisa mengunjunginya 🙂
mbaheariel
9 Februari 2013 at 22:20
aamiin semoga bisa cepat terwujud kunjungannya ke sedudo !!
dhyka.adry@yahoo.com
20 Agustus 2015 at 22:20
mba’ mau nanya nganjuk itu daerah mana ya,,,aku mau ke nganjuk tapi aku kagak tau lokasinya kemana,,
Korlena
7 September 2015 at 22:20
di Jawa Timur, berdekatan dengan Madiun
Korlena
10 Februari 2013 at 22:20
Terima kasih 🙂
nopan
26 April 2013 at 22:20
nasi jagungnya itu dialasi daun apa? looks unique. kalau yg foto deretan warung itu apa letaknya ditengah kota juga?
Korlena
27 April 2013 at 22:20
Nasi jagungnya dialasi daun ploso. deretan warung makan tsb terletak di pinggir kali agak dipinggir kota namun tidak terlalu jauh dari pusat kotanya sekitar 15-20 menit aja.
budhy prasetya
19 Desember 2013 at 22:20
Ada juga lho nasi pecel dibungkus daun jati, rasanya manteb banget, ada juga nasi pecel BLEDHEK…terkenal pedhasnya yang nendang banget 😉
Jimmy Pradhana
26 April 2013 at 22:20
bikin ngiler aja postinganya.
jadi kepengen tinggal di sana.
kira2 sektor UKM nya bagus ga ya?
Korlena
27 April 2013 at 22:20
Sepertinya sektor UKM nya cukup berkembang mengingat letak kota ini yg berada di jalur utama jalan penghubung kota2 di Pulau Jawa.
Agus Bois
31 Mei 2013 at 22:20
sudah lama gk pulng knganjukkk jd pngen pulkammmmmmmmmmmmmmmmmm
sigit
18 Juni 2013 at 22:20
Mantabs Informasi kulinernya…saya beberapa kali lewat kali itu malah belum tahu ada kuliner yang maknyus…Sipss
Korlena
18 Juni 2013 at 22:20
Makasih 🙂
Achmad Fachrie
12 Juli 2013 at 22:20
Wah kebetulan hari terakhir di Nganjuk, browsing cari oleh-oleh khas sini eh masuk ke blognya
Selama disini kenyang nasi pecelnya deh, harga juga murah-murah dibanding di Bogor
Ada juga yang baru saya temuin disini, tepatnya di pasar Gondang, yaitu sate kreco atau tutut di Jawa Barat, per tusuknya cuma Rp 250
Air terjun Sedudo dingin banget, cuma kuat beberapa detik dibawah airnya, hawanya juga sejuk
Korlena
15 Juli 2013 at 22:20
senangnya bisa ke sedudo 🙂
M. Riyanto
7 Oktober 2013 at 22:20
Saya adalah penggemar mountain bike adventure , kebetulan rencana ada giat tour di nganjuk, browsing oleh2 nganjuk eh .. ada blog tentang nganjuk, trims banyak infonya
Korlena
8 Oktober 2013 at 22:20
ya semoga bermanfaat info di blog saya 🙂
Mbutill
6 Januari 2014 at 22:20
kita junjung terus kota kebanggaan kita dengan semua keunggulan diberbagai sektor…….sipppp lanjutkan
didik s
22 Januari 2014 at 22:20
Salam kenal . ., Kalau ke Nganjuk lagi sebaiknya mampir ke Berbek mbak, disitu ada kota lama Kaupaten Berbek sebagai cikal bakal Kabupaten Nganjuk. Ada jejak sejarah arsitektur di sana. Utamanya di masjid Al Mubarok sebagai masjid Jamik Kota Berbek.
Korlena
11 Februari 2014 at 22:20
Terima kasih atas informasinya 🙂
nanang
29 Mei 2014 at 22:20
berlabuh asmara di nganjuk, dan tak terasa sudah 7 tahun beristri dari kota ini
Chrismana"bee"
16 Juni 2014 at 22:20
Kota nganjuk memang indahh yaa 😀
Korlena
14 Januari 2015 at 22:20
iya kecil tp indah 🙂
sheela
1 November 2014 at 22:20
tau dimana pabrik kripik pisang srikandi di nganjuk ga?
di kemasannya sih ditulis kripik pisang SRIKANDI, diproduksi oleh mandiri, candirejo – nganjuk
Korlena
14 Januari 2015 at 22:20
Maaf saya gak tau lokasi pabriknya mba.
Abdul Widodo
15 Juni 2017 at 22:20
Saya tidak menduga…kota yang saya lewati saat SMA…begitu mempesona di tulisan anda….:)